.
Home » » PERENCANAAN TULISAN ILMIAH

PERENCANAAN TULISAN ILMIAH

Written By Hadi Prayitno on Senin, 19 Juli 2010 | 03.42

 PERENCANAAN TULISAN ILMIAH

A. Pemilihan Topik Karangan
Dalam kehidupan sehari-hari kata tema sering dikacaukan dengan topik. Samakah tema dengan topik?
Scr etimologis, tema  ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu yang telah ditempatkan’. Tema brsl dari kata Yunani tithenai yg berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’; sdgkn topik brsl dari kata Yunani topoi yang berarti ‘tempat’ (Keraf, 2004: 107). Menurut Aristoteles, topik = ‘topoi’  ‘tempat berlangsungnya suatu peristiwa.
Scr khusus (dalam karang-mengarang), tema dapat dilihat dari 2 sudut:
1. dari sudut karangan yang telah selesai  tema: suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Hal ini dpt diketahui setelah kita membaca tulisan seseorang (cerpen, novel), mis: “Karena kuatnya pengaruh adat istiadat, maka setiap perjuangan muda-mudi utk menentukan sendiri teman hidupnya di sekitar tahun 20-an, akan selalu menemui kegagalan”
2. dari segi proses penulisan  tema: suatu perumusan dari topik (pokok pembicaraan ) yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi.
Tema hanya mrpkn gagasan-gagasan atau amanat yg ingin disampaikan pada para pembaca, belum dijalin dengan para pelaku, tempat sbg ruang peristiwa, dan interaksi antartokoh.
Masalah pertama yang dihadapi penulis utk merumuskan tema sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaraan. Topik, a.l.: pengalaman-pengalaman di masa lampau, cita-cita, karier, teknologi, kebudayaan, mata pencaharian, Iptek, dll. Jadi, topik lebih luas daripada tema.

Bentuk-bentuk tulisan:
1. Narasi  mengesahkan suatu peristiwa atau kejadian scr kronologis, misalnya: dalam biografi, novel, sejarah, dsb.
2. Deskripsi  menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tentang keadaan Kota Solo, tentang gedung-gedung bersejarah, tentang senja di pelabuhan, dsb.
3. Eksposisi  memberikan penjelasan atau informasi, misalnya: bagaimana beternak ayam, bagaimana menanam lombok, bagaimana membuat bahan bakar alternatif, dsb. Ada corak lain dari tulisan ini, yaitu ekspositoris  menerangkan proses kerja suatu alat atau barang, misalnya: bagaimana sebuah kapal selam tenggelam atau timbul; bagaimana kerja sebuah mesin pemintal, mesin jahit, dsb.
4. Argumentasi  (tmsk ke dlm eksposisi), hanya sifatnya jauh lebih sulit karena harus dengan mengadakan pengujian atau harus ada bukti-bukti. Biasanya menyangkut pemecahan masalah. Misalnya: Apakah ciri-ciri pendidikan kita dewasa ini? Apakah pendidikan wanita harus setaraf dengan pendidikan pria? Dalam hal ini, bukti (evidence) harus lebih kuat daripada dugaan (hypothesis, presumption).
Syarat-syarat topik yang baik, antara lain:
1. menarik perhatian penulis sendiri
2. topik yang digarap harus diketahui oleh penulisnya
3. jangan terlalu baru  tidak mungkin dijumpai dalam kepustakaan
4. jangan terlalu teknis  pemula akan kesulitan
5. jangan terlalu kontroversial  menimbulkan kesulitan untuk bertindak objektif

B. Pembatasan Topik
Setiap penulis harus yakin bahwa topik yang dipilihnya harus cukup sempit dan terbatas  pembatasan itu memungkinkan penulisnya yakin dan percaya, karena apa yang ditulis benar-benar diketahui atau dikuasai.
Cara membatasi sebuah topik:
1. Tetapkanlah topik yang akan dikerjakan dalam suatu kedudukan sentral.
2. Ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang ada pada kedudukan sentral tsb masih dapat diperinci lagi.
3. (Kalau dapat dirinci) tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih.
4. Ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lagi. (Demikian, ajukanlah berulang-ulang/terus-menerus sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus)

C. Perumusan Masalah dan Tujuan yang akan Dicapai
Perumusan masalah dalam karangan tidak lain adalah perumusan tema karangan. Agar lebih menonjol apa yang akan ditulis, maka perumusan masalah selalu ditulis pada awal kerangka karangan yang merupakan perincian dari perumusan itu. Perumusan itu dapat berbentuk satu kalimat, dapat berbentuk sebuah alinea, atau rangkaian dari beberapa alinea. Untuk itu diperlukan adanya perumusan tesis.
Tesis  tema yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi yang bertindak sebagai gagasan sentral kalimat tadi.
Apabila dicermati, gagasan sentral sebuah tesis adalah subjek (S), predikat (P), kalau ada objek (O) kalimat tadi.
Sebuah tesis biasanya berbentuk satu kalimat, entah kalimat tunggal, entah kalimat majemuk bertingkat (subordinatif). Tesis tidak boleh berupa kalimat majemuk setara (koordinatif)  akan muncul dua gagasan sentral.




Contoh-contoh membuat perumusan dari tesis itu, kedudukan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan utama kalimat.
1. a. Topik : Pengajaran kemahiran bahasa di Perguruan Tinggi
b. Tujuan: Menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa yang baik bagi seorang mahasiswa.
c. Tesis : Pengajaran kemahiran bahasa perlu diberikan di Perguruan Tinggi, karena dengan penguasaan bahasa yang baik, seorang mahasiswa dengan mudah dapat memahami semua literatur yang diwajibkan, dan dapat pula dengan lancar serat teratur mengungkapkan pikirannya, baik dalam karya-karya tulis maupun dalam diskusi-diskusi.
2. a. Topik : Pendidikan di zaman penjajahan dan dewasa ini
b. Tujuan : Menunjukkan perbedaan antara kedua sistem pendidikan tersebut.
c. Tesis : Perbedaan antara sistem pendidikan di zaman penjajahan dan sistem pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek politik, kebudayaan, sosial dan ekonomi.

D. Pengumpulan Bahan-bahan
Bahan-bahan untuk menyusun karangan dapat diperoleh dari berbagai sumber melalui berbagai metode, a.l.:
1. Wawancara
2. Angket
3. Observasi atau penelitian lapangan
4. Penelitian atas pendapat
5. Penelitian kepustakaan
E. Penyusunan Kerangka Karangan
Kerangka karangan (outline)  suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar suatu karangan yang akan dikerjakan. Kerangka karangan mrpkn miniatur atau prototype sebuah karangan.
Manfaat kerangka karangan:
1. untuk menyusun karangan secara teratur
2. memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
3. menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
4. memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
Langkah-langkah yang dapat dipedomani dalam penyusunan kerangka karangan:
1. Rumuskan tema  berbetuk tesis atau pengangkapan maksud.
2. Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan  perincian dari tesis atau maksud tadi
3. Mengadakan evaluasi semua topik  relevansi, kesamaan derajat, perbedaan derajat, dsb.
4. Mengulangi langkah kedua dan ketiga di atas  utk menyusun topik-topik yg lebih rendah
5. Menentukan sebuah pola susunan yang paling pokok.

Pola susunan kerangka karangan:
1. Pola alamiah :
a. berdasarkan urutan waktu (kronologis)
b. berdasarkan urutan ruang (spasial)
c. berdasarkan urutan topik yang ada.
2. Pola logis:
a. Urutan klimaks dan antiklimaks
b. Urutan kausal
c. Urutan pemecahan masalah
d. Urutan umum-khusus
e. Urutan familiaritas
f. Urutan akseptabilitas (penerimaan)

F. Pengembangan Kerangka Karangan
Kerangka yang sudah ada dikembangkan secara runtut dengan sistematika penulisan yang ada.

Referensi:
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Share this article :

0 komentar:



 
Support : Tohib Mustahib
Copyright © 2013. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger